Hai
Sobat – Kali ini Secret of World akan menyajikan Profil para iluwan yang
namanya mendunia yaitu Nicolas Steno. Nicolas Steno (1 Januari 1638 – 25
November 1686 [NS: 11 Januari 1638 – 5 Desember 1686]) adalah seorang uskup dan
ilmuwan Katolik asal Denmark yang merintis ilmu
anatomi dan geologi. Pada tahun 1659, Steno memutuskan
untuk tidak menerima kebenaran sebuah pernyataan hanya karena pernyataan itu
tertulis di buku dan ingin bergantung pada hasil penelitiannya sendiri. Ia
dianggap sebagai salah seorang pendiri stratigrafi modern dan geologi modern
bersama James Hutton. Paus Yohanes Paulus II membeatifikasi Steno pada tahun
1988.
Stratigrafi
adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi
perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan
sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda
dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi),
kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya
(kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran
lapisan batuan. Nicolas Steno (bahasa Denmark: Niels Stensen; Dilatinkan
menjadi Nicolaus Steno)[notes 2] lahir di Kopenhagen pada Hari Tahun Baru
(kalender Julian), putra seorang pandai emas Lutheran yang rutin bekerja untuk Raja
Christian IV dari Denmark.
Stensen
dibesarkan secara tertutup sepanjang masa kanak-kanaknya disebabkan penyakit
yang tidak diketahui. Pada tahun 1644, ayahnya meninggal dunia, dan ibunya
menikahi pandai emas lain. Tahun 1654–1655, 240 murid sekolahnya meninggal
akibat wabah. Di seberang jalan, hiduplah Peder Schumacher (yang kelak menawarkan
Steno jabatan profesor di Kopenhagen tahun 1671). Setelah menyelesaikan
pendidikan di universitas, Steno bepergian melintasi Eropa; faktanya, ia akan
terus bepergian sampai akhir hayatnya. Di Belanda, Perancis, Italia, dan
Jerman, ia bertemu dengan sejumlah fisikawan dan ilmuwan ternama.
Pengaruh
dari mereka mendorongnya untuk menggunakan kemampuan pengamatannya untuk
membuat sejumlah penemuan ilmiah penting. Pada masa ketika pertanyaan ilmiah
dijawab oleh pemikiran lama, Steno cukup yakin untuk memercayai matanya
sendiri, bahkan ketika pengamatannya berbeda dengan doktrin-doktrin yang
berkembang pada masa itu. Atas bujukan Thomas Bartholin, Steno pertama pergi ke
Rostock, kemudian Amsterdam, tempat ia mempelajari anatomi pada Gerard Blasius
dan kembali fokus pada sistem limpa.
Beberapa
bulan kemudian, Steno pindah ke Leiden dan bertemu dengan mahasiswa Jan
Swammerdam, Frederik Ruysch, Reinier de Graaf, Franciscus de le Boe Sylvius,
seorang profesor terkenal, dan Baruch Spinoza.[8] Saat itu, Descartes sedang
menerbitkan karya mengenai cara kerja otak, dan Steno tidak berpikir bahwa
penjelasannya tentang asal mula air mata benar. Ia berangkat ke Saumur dan
bertemu dengan Melchisédech Thévenot dan Ole Borch. Steno pergi ke Montpellier
dan bertemu Martin Lister dan William Croone yang memperkenalkan karya Steno
kepada Royal Society.
Di
Pisa, Steno bertemu Adipati Agung Toscana, yang mendukung seni dan ilmu
pengetahuan. Steno diundang untuk tinggal di Palazzo Vecchio, sebagai
imbalannya ia harus mengadakan Kabinet keingintahuan. Steno pertama berangkat
ke Roma dan menemui Alexander VII dan Marcello Malpighi. Sebagai seorang
anatomis di rumah sakit, Steno berfokus pada sistem otot dan sifat kontraksi
otot. Ia juga menjadi anggota Accademia del Cimento di Firenze. Seperti
Vincenzio Viviani, Steno menggunakan geometri untuk memperlihatkan bahwa otot
yang berkontraksi mengubah bentuk otot tanpa mengubah volumenya.
Steno,
dalam Dissertationis prodromus-nya tahun 1669, menetapkan tiga prinsip ilmu
stratigrafi: hukum superposisi: "...pada masa ketika stratum apapun
terbentuk, semua materi yang ada di atasnya berupa cairan, dan, maka dari itu,
ketika stratum paling bawah terbentuk, strata paling atas belum
terbentuk"; prinsip horizontalitas asli: "Strata yang tegak lurus
terhadap cakrawala atau condong ke cakrawala pernah paralel terhadap
cakrawala"; prinsip kontinuitas lateral: "Material yang membentuk
stratum apapun saling berhubungan di permukaan Bumi sampai ada benda padat lain
yang menghalangi jalannya"; dan prinsip diskontinuitas melintang:
"Jika suatu badan atau diskontinuitas memotong melintasi suatu stratum,
maka badan tersebut pasti terbentuk setelah stratum tersebut."[14]
Prinsip-prinsip tersebut diterapkan dan diperluas pada tahun 1772 oleh Jean-Baptiste
L. Romé de l'Isle. Teori terkenal Steno bahwa catatan fosil adalah kronologi
bermacam makhluk hidup di era yang berbeda adalah sine qua non untuk teori
Darwin tentang seleksi alam.
Setelah
meninggal dunia tahun 1686, Steno diangkat sebagai santo di diosesan
Hildesheim. Kesalehan dan kebajikan Steno telah dinilai dengan keputusan berhak
menjalani kanonisasi. Proses kanonisasinya dimulai di Osnabrück tahun 1938.
Pada tahun 1953, jenazahnya digali, dan dimakamkan kembali Capella Stenoniana,
namun tanpa tengkorak yang hilang. Pemerintah Italia menyumbangkan sebuah
sarkofagus Kristen abad ke-4 yang ditemukan di sungai Arno. Pada tahun 1988, ia
dinyatakan "beatus" – tahap pertama untuk dijadikan santo – oleh Paus
Yohanes Paulus II. Ia sekarang dipanggil Blessed Nicolas Steno oleh para
penganut Katolik. Hari perayaannya tanggal 5 Desember.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar