Cari Blog Ini

Jumat, 09 November 2012

Nicolas Steno




Hai Sobat – Kali ini Secret of World akan menyajikan Profil para iluwan yang namanya mendunia yaitu Nicolas Steno. Nicolas Steno (1 Januari 1638 – 25 November 1686 [NS: 11 Januari 1638 – 5 Desember 1686]) adalah seorang uskup dan ilmuwan Katolik asal Denmark yang merintis ilmu
anatomi dan geologi. Pada tahun 1659, Steno memutuskan untuk tidak menerima kebenaran sebuah pernyataan hanya karena pernyataan itu tertulis di buku dan ingin bergantung pada hasil penelitiannya sendiri. Ia dianggap sebagai salah seorang pendiri stratigrafi modern dan geologi modern bersama James Hutton. Paus Yohanes Paulus II membeatifikasi Steno pada tahun 1988.
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Nicolas Steno (bahasa Denmark: Niels Stensen; Dilatinkan menjadi Nicolaus Steno)[notes 2] lahir di Kopenhagen pada Hari Tahun Baru (kalender Julian), putra seorang pandai emas Lutheran yang rutin bekerja untuk Raja Christian IV dari Denmark.
Stensen dibesarkan secara tertutup sepanjang masa kanak-kanaknya disebabkan penyakit yang tidak diketahui. Pada tahun 1644, ayahnya meninggal dunia, dan ibunya menikahi pandai emas lain. Tahun 1654–1655, 240 murid sekolahnya meninggal akibat wabah. Di seberang jalan, hiduplah Peder Schumacher (yang kelak menawarkan Steno jabatan profesor di Kopenhagen tahun 1671). Setelah menyelesaikan pendidikan di universitas, Steno bepergian melintasi Eropa; faktanya, ia akan terus bepergian sampai akhir hayatnya. Di Belanda, Perancis, Italia, dan Jerman, ia bertemu dengan sejumlah fisikawan dan ilmuwan ternama.
Pengaruh dari mereka mendorongnya untuk menggunakan kemampuan pengamatannya untuk membuat sejumlah penemuan ilmiah penting. Pada masa ketika pertanyaan ilmiah dijawab oleh pemikiran lama, Steno cukup yakin untuk memercayai matanya sendiri, bahkan ketika pengamatannya berbeda dengan doktrin-doktrin yang berkembang pada masa itu. Atas bujukan Thomas Bartholin, Steno pertama pergi ke Rostock, kemudian Amsterdam, tempat ia mempelajari anatomi pada Gerard Blasius dan kembali fokus pada sistem limpa.
Beberapa bulan kemudian, Steno pindah ke Leiden dan bertemu dengan mahasiswa Jan Swammerdam, Frederik Ruysch, Reinier de Graaf, Franciscus de le Boe Sylvius, seorang profesor terkenal, dan Baruch Spinoza.[8] Saat itu, Descartes sedang menerbitkan karya mengenai cara kerja otak, dan Steno tidak berpikir bahwa penjelasannya tentang asal mula air mata benar. Ia berangkat ke Saumur dan bertemu dengan Melchisédech Thévenot dan Ole Borch. Steno pergi ke Montpellier dan bertemu Martin Lister dan William Croone yang memperkenalkan karya Steno kepada Royal Society.
Di Pisa, Steno bertemu Adipati Agung Toscana, yang mendukung seni dan ilmu pengetahuan. Steno diundang untuk tinggal di Palazzo Vecchio, sebagai imbalannya ia harus mengadakan Kabinet keingintahuan. Steno pertama berangkat ke Roma dan menemui Alexander VII dan Marcello Malpighi. Sebagai seorang anatomis di rumah sakit, Steno berfokus pada sistem otot dan sifat kontraksi otot. Ia juga menjadi anggota Accademia del Cimento di Firenze. Seperti Vincenzio Viviani, Steno menggunakan geometri untuk memperlihatkan bahwa otot yang berkontraksi mengubah bentuk otot tanpa mengubah volumenya.
Steno, dalam Dissertationis prodromus-nya tahun 1669, menetapkan tiga prinsip ilmu stratigrafi: hukum superposisi: "...pada masa ketika stratum apapun terbentuk, semua materi yang ada di atasnya berupa cairan, dan, maka dari itu, ketika stratum paling bawah terbentuk, strata paling atas belum terbentuk"; prinsip horizontalitas asli: "Strata yang tegak lurus terhadap cakrawala atau condong ke cakrawala pernah paralel terhadap cakrawala"; prinsip kontinuitas lateral: "Material yang membentuk stratum apapun saling berhubungan di permukaan Bumi sampai ada benda padat lain yang menghalangi jalannya"; dan prinsip diskontinuitas melintang: "Jika suatu badan atau diskontinuitas memotong melintasi suatu stratum, maka badan tersebut pasti terbentuk setelah stratum tersebut."[14] Prinsip-prinsip tersebut diterapkan dan diperluas pada tahun 1772 oleh Jean-Baptiste L. Romé de l'Isle. Teori terkenal Steno bahwa catatan fosil adalah kronologi bermacam makhluk hidup di era yang berbeda adalah sine qua non untuk teori Darwin tentang seleksi alam.
Setelah meninggal dunia tahun 1686, Steno diangkat sebagai santo di diosesan Hildesheim. Kesalehan dan kebajikan Steno telah dinilai dengan keputusan berhak menjalani kanonisasi. Proses kanonisasinya dimulai di Osnabrück tahun 1938. Pada tahun 1953, jenazahnya digali, dan dimakamkan kembali Capella Stenoniana, namun tanpa tengkorak yang hilang. Pemerintah Italia menyumbangkan sebuah sarkofagus Kristen abad ke-4 yang ditemukan di sungai Arno. Pada tahun 1988, ia dinyatakan "beatus" – tahap pertama untuk dijadikan santo – oleh Paus Yohanes Paulus II. Ia sekarang dipanggil Blessed Nicolas Steno oleh para penganut Katolik. Hari perayaannya tanggal 5 Desember.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar