Hari
yang indah , kali ini aku dan teman-temanku sudah tidak sabar untuk melihat
hasil jerih payah kami dalam mengerjakan semua soal UN besok. Oh ya ,, sebelum
itu aku mau memperkenalkan diri. Namaku Angel, aku dan teman-temanku bisa
dibilang geng yang paling berkuasa di sekolah kami. Kami selalu bersama dalam
keadaan suka maupun duka dari kelas 1-6 SD. Tapi kami tidak pernah berfikiran
untuk menjadi seperti apa yang mereka bilang, kami bukan geng yang arak-arakan dan
kami tidak sejahat apa yang terlihat. Nitha temanku dia adalah temanku yang
paling pengertian dari yang lain,paling peduli sama orang, cantik dan dia
adalah anak yang paling pendiam beda sama Maya anaknya cerewet banget, kalo
ngomong bisa bertahun-tahun nggak selesai padahal yang diomongin itu nggak
semuanya penting, PD banget dech anaknya, bisanya malu-maluin,tapi kelebihan
dia adalah dia anak yang paling kreatif , mudah memunculkan sesuatu yang baru
untuk kami. Kalau Bella anaknya tomboi, cuek sama yang lain, manjanya minta
ampun dech(padahal tomboi), anaknya juga cerewet tapi dia anaknya enak kalau
diajak omong + curhat. Dan yang terakhir
adalah Natasha anaknya feminim banget , egois, tapi dia humoris ,cocok banget kalau
lagi galau trus cerita ke dia langsung senyum dech karena kegilaannya. Kalau
aku sendiri bisa dibilang anaknya pendiem, cuek, judes dan yang lain-lain lah.
Besok kami berencana berkumpul di rumah Nitha dan pergi ke sekolah bareng-bareng.
Tepat pukul 5 pagi,alarm membangunkanku, aku
langsung pergi mandi + ganti baju. Sebelum berangkat ke rumah Nitha aku sarapan
sepotong roti dan segelas susu, setelah itu aku pamit sama mama dan papaku dan
langsung ambil sepeda , wush ...mengayuh kencang sepedaku. Sampai di rumah Nitha
ternyata aku yang paling terakhir datang tapi aku tenang karena Nitha pun belum
selesai sarapan. Setelah menunggu cukup lama kami pun berangkat ke sekolah dengan
semangat yang berkobar , kepercayaan diri yang besar dan yakin akan hasil yang
kami peroleh. Sesampainya disekolah setelah memakirkan sepeda bel pun berbunyi,
kami lari tergesa-gesa. Di kelas semua murid sudah pada deg-degan nunggu hasil.
Pak guru pun datang memberi salam lalu berkata “Anak-anak bapak bangga dengan
kalian semua, kalian lulus dengan hasil yang sangat memuaskan.” Kami semua pun
seketika bersorak kegirangan.
Kami merayakan ini semua dengan pergi
jalan-jalan dari pagi hingga larut malam. Kami berlima sudah berencana akan
memasuki SMP yang sama. Kami sudah mendaftar dan kami diterima, tinggal
menunggu kegiatan MOS.
Tapi
tiba-tiba kami dikejutkan oleh kabar yang tidak mengenakkan. Aku harus berpisah
dengan salah seorang sahabatku karena dia harus pindah ke luar negeri mengikuti
ayahnya yang tempat kerjanya juga pindah. Jika salah satu dari kami berlima
tidak ada, terasa kami semua tak ada artinya. Kami berlima menghabiskan waktu 1
hari kami bersama, meninggalkan sejuta kenangan sebelum akhirnya aku dan kawan-
kawan berpisah dengan Maya.
Sudah
hampir 5 bulan aku duduk di bangku SMP. Aku mulai jatuh cinta pada kakak kelasku.
Dia adalah anak orang kaya yang berpengaruh di sekolahku, dia anak paling tenar
di sekolah tak heran lah karena dia adalah ketua OSIS dan dia sendiri sangat
tampan,pintar dan baik hati. Ketiga temanku tahu kalau aku suka pada kak Radit,
mereka mendukungku tapi aku agak ragu apa aku bisa mendapatkan cintanya. aku
sangat bahagia. Aku bisa dekat dengan dia karena temanku satu kelas ada yang
menjadi saudaranya. Dan pada saat aku sedang berjalan menuju ruang UKS
mengambil obat untuk temanku, tak sengaja dari arah berlawanan dia sedang
berlari kencang tak melihat aku ada di depannya dan bruakk... dia menabrakku
dan seketika aku langsung terjatuh. Dia langsung menolongku untuk bangun dan
dia bertanya,
”
Apa kamu tidak apa-apa?”
“
Aku baik-baik saja”, jawabku.
Setelah
itu dia mengantarkanku menuju ruang UKS. Tak jadi menolong orang, malah kena
musibah, batinku.
“Maafkan
aku, tadi aku lari terburu-buru dan tidak melihat ke arahmu”, katanya.
“Oh,
tidak apa-apa..”
Lalu
kak Radit memaksa untuk mengantarkanku pulang .
“Angel,
siapa tadi yang mengantarkanmu pulang?”tanya mamaku.
“Oh,,itu
tadi kak Radit kakak kelasku,”jawabku.
“Mama
lihat kamu ada rasa yah sama dia,”
“Eng-enggak
ma kita cuma temenan aja kok”, jawabku dengan terbelit-belit.
“Oh,
ya sudahlah kalau kamu nggak mau cerita ke mama,”sahut mama yang terlihat
mengejekku.
“Ih,
mama udah dibilangin cuma temenan kok,” aku ngotot.
“Ya,
udah cepet mandi sana,” kata mama sembari meninggalkan tempat tidurku.
Aku
pun menghambil handukku dan mandi.
Pukul
9 malam, setelah belajar aku langsung
tidur.
Keesokan
harinya, seperti biasa aku bangun pukul 5 dan langsung mandi. Aku turun ke
lantai bawah dan mengambil sarapanku, setelah itu mama memberiku bekal dan aku
langsung berangkat ke sekolah. Tiba di sekolah aku menjalani pelajaran seperti
biasanya.
1
minggu sudah aku dan kak Radit menjalani semua kegiatan bersama dan tak terasa
kami berdua semakin begitu dekat. Dan suatu hari pada saat aku sedang bermain
di rumah Nitha, kak Radit datang ke sana dan mengajakku ke taman yang ada di
perumahan itu. Tak pernah kuduga dia menyatakan cinta padaku dan dia memintaku
untuk menjadi pacarnya, dengan perasaan yang campur aduk antara senang,
terharu, deg-degan aku menerimanya.
“Tuhan
apakah ini indahnya cinta.?”,tanyaku dalam hati.
Besoknya
kami menjalani kehidupan seperti biasanya. Dan pada saat pelajaran pertama
dimulai, tiba-tiba ada seorang murid baru dan tak disangka itu adalah Maya. Dan
setelah perkenalan dia duduk di bangku sampingku, mengikuti pelajaran seperti
biasanya. Setelah bel istirahat berbunyi kami berlima menuju kantin untuk
membeli makan. Maya juga bercerita tentang kehidupannya di luar negeri. Kami
menunjukkan rasa kangen kami ke dia dengan menghabiskan waktu 1 hari kami untuk
dia.
Setelah
lama dia ada di Indonesia, kami menjadi sering menghabiskan waktu bersama
kadang masalah pelajaran pun bisa kami lupakan karena terlalu sering
bersenang-senang, tapi komitmen kami sudah jelas “Takkan pernah lupakan belajar
walau itu hanya 1 menit”. Tak terasa besok adalah ulang tahun Maya.
Aku,
Nitha, Bella, Natasha dan juga kak Radit menyiapkan sebuah pesta kecil-kecilan
untuknya. Pesta selesai disiapkan dan hari itu pun datang. Pulang sekolah aku
dan kawan-kawan mengajaknya ke tempat yang biasanya kami datangi untuk bermain
dll.
Sampai
disana kami menggebyur Maya dengan air karena dia tidak terima, dia juga
membuat kami basah kuyup. Dan kejutan terakhir adalah kue tart itu. Lalu kami
menyanyikan lagu happy birthday untuknya.
“Terima
kasih teman atas kejutan kalian semua”, kata Maya.
“Sama-sama,
maaf ya kalau kejutan ini terlihat tak meriah,” jawabku.
“Tak
apa bagiku ini sudah lebih dari cukup kok,” katanya.
Kami
seua tersenyum karena kejutan yang kami siapkan untuknya membuat dia bahagia. Sebelum
memotong kue dia berdo’a meminta harapannya. Setelah kue terpotong, kami pun
memakan kue tersebut.
Sudah
2 minggu setelah ulang tahun Maya. Aku mendengar dari teman-teman sekelas kalau
dia suka kepada kak Radit. Aku yang mendengar berita itu tak terlalu
menanggapinya, mungkin karena aku tidak mau mempunyai masalah dengannya dan ku
anggap dia pun juga punya fikiran sama halnya denganku. Tapi setelah berita itu
benar-benar menyebar luas, Maya pun terlihat seperti menjauh dari kami berempat,
khususnya aku.
“Hey
guys, apa Maya benar-benar suka sama kak Radit?” tanya Bella.
“Hhmm…
bisa jadi aja kan? Kalau emang bener gimana jadinya ya..??” sahut Nitha.
“Ya
tetep jadi oranglah , masa’ gitu aja berubah jadi power rangers..!! aneh
lu..!!,” jawabku.
“So,
gimana loe?? Mau marah, diam aja, atau cemburu menguras hati.!, Hahaha .. :D” Nitha
bertanya lagi.
“Ya
, tinggal lihat aja nanti, kayak apa jadinya..!!”, jawabku so cuek n jutek.
“Haddohh…!!!”,
Natasha mengeluh.
“Kenapa
lagi ??,” tanyaku.
“Cuma
gara-gara hal nggak penting kayak CINTA , PERSAHABATAN terindah pun harus
hancur”, jawab Natasha kecewa.
“Ya
sih, tapi jangan salahin aku ya.. :D aku kan nggak tahu apa-apa dan nggak
terlalu mempermasalahkan, Hehe..”, jawabku sambil nyegar-nyengir.
“Kami
nggak nyalahin kamu kok, memang dia yang terlalu membesar-besarkan,” jawab Nitha.
“Angel
di hatimu sebenernya kamu nggak mengatakan kayak gitu kan??, pasti kamu mikirin
banget-banget berita yang ada, jangan di buat beban ya.. oke…. J,”
kata Bella.
“Ya,
lah ... !!!! Ayo kita pulang dari pada di sini Ngapain juga…???,” kataku sambil
meninggalkan tempat duduk.
Keesokan
harinya aku lihat dia tak masuk sekolah karena sakit. Aku mengajak kawan-kawan menjenguk ke rumahnya nanti sepulang sekolah.
“Eh,
nanti sepulang sekolah, ayo kita ke rumah Maya,” ajakku.
“Peduli
amat, dia kan udah benci sama kamu,” kata Natasha.
“Tapi
dia kan pernah jadi sahabat terbaik kita-kita, udah ngehabisin waktu sama-sama
tiap hari,” jawabku.
“Ye
lah, tinggal lihat nanti aku sibuk apa nggak,” kata Bella.
“Ah,
kamu sibuk apa’an??? Sibuk bersih-bersih rumah ya,, haha… :D,” Nitha mengejek.
“Apa’an
sih kamu aku itu …”
Belum
sempat Bella bicara udah di stop sama Natasha. Takutnya nggak selesai-selesai
kalau ngomong. Haha… :D. bel pulang berbunyi , ternyata Natasha dan Bella nggak
bisa ikut menjenguk karena dia ada les hari ini. Jadi hanya aku dan Nitha saja
yang bisa. Kami datang ke sana naik sepeda. Sampai di rumah Maya aku tak
melihat dia di rumah, kata pak satpam dia belum kembali dari rumah sakit.
“Apa
sakit Maya parah ya, kok dia belum pulang dari rumah sakit? Lama banget!!”,
tanya Nitha.
“Aku
juga tak tahu, kita tunggu sebentar aja ya di sini, mungkin dia akan pulang
sebentar lagi,” ajakku.
“Ya,
lah terserah kamu,” jawab Nitha
Pak
satpam mempersilahkanku masuk, aku duduk di kursi dekat pos satpam. Tak lama
kemudian ada mobil masuk dan kukira itu Maya dan mama papanya. Aku melihat Maya
menangis masuk ke dalam rumah, wajahnya tampak pucat saat dia melihat ke
arahku. Lalu aku menghampiri mamanya.
“Tante,
Maya sakit apa? Dia cuma sakit biasa kan?”, tanyaku.
“Angel,
tante nggak tega kalau cerita soal dia,” jawab mama Maya sambil menangis.
Mama
Maya mengajakku bicara di taman sebelah rumahnya.
“Ada
apa sebenernya tante, kok kelihatannya serius banget,” Nitha bertanya.
“Nit,Angel
kamu mau kan buat Maya bahagia untuk yang terakhir kalinya,” tanya mama Maya
“Tante
jangan bilang gitu emang ada apa sih,” tanyaku semakin keheranan.
Lalu
tante Mala ibu dari Maya bercerita kalau dia terserang penyakit kanker hati
yang sudah mencapai puncaknya. Dulu memang dia sering mengeluh sakit, tapi
setelah diperiksakan belum terjadi tanda-tanda. Dan kemarin lusa dia pingsan,
semua anggota rumah panik tidak karuan. Aku dan
Nitha yang mendengar cerita itu ingin menangis, tapi satu aku berusaha
menguatkan tante Mala agar beliau masih berusaha. Mungkin Maya nggak mau
bertemu aku jadi aku dan Nitha hanya minta tolong agar tante Mala menyampaikan
pesanku kepada Maya kalau,
”Dia
harus kuat, teman-temanmu masih ada di sampingmu, jangan putus asa. Banyak
orang yang peduli dan sayang kepada dirimu, dan satu pesan dari kawanmu ,
Hadapi semua dengan ikhlas Tuhan pasti merencanakan sesuatu yang terbaik bagimu
dibalik semua ini.”
Keesokan
harinya, dan seperti biasanya hanya pelajaran sarapan terbaik bagiku dan
kawan-kawan. Dan untungnya jam ke 3 mata pelajaran sedang kosong karena guru
tersebut sedang mengurusi keperluannya dan kami hanya diberi tugas.
“Eh
Nit, gimana kemarin dia sakit apa?,”tanya Bella dan Natasha.
Aku
dan Nitha hanya diam saja dan diantara
kami berdua tidak ada yang mau menjawab.
“Woyy,
kami berdua ini tanya, kenapa diem aja? Emang apa yang terjadi sih, apa
sebegitu parahnya ya??,” tanya Bella keheranan.
“Udah
nggak parah nih, tapi gajah makan kawat alias Gawat Darurat,”jawab Nitha.
“Sebenernya
Maya sakit kanker hati dan udah sampai puncaknya,”jawabku.
“Hah
apa, sampai sebegitunya?,” Bella terkejut.
Lalu
kami berempat pun hanya bisa terdiam dan merenung. Sampai bel istirahat
berbunyi, kami berempat tak kemana-mana dan hanya duduk di kelas. Setelah itu
pelajaran dimulai lagi dan berakhir sekitar pukul 2. Kami semua keluar kelas
dan pulang pastinya. Aku lari terburu-buru meninggalkan Nitha, Natasha,dan
Bella di kelas.
“Angel,
mau kemana kamu,” tanya Nitha.
“Aku
mau ketemu kak Radit,”teriakku di luar kelas.
Aku
memberanikan diri berjalan menuju kelas kak Radit. Aku melihat dia keluar dari
kelasnya dan kuhampiri ia.
“Kak,
aku mau ngomong sesuatu, ada waktu nggak?”, tanyaku.
“Buat
kamu apa sih yang nggak , emang mau ngomong soal apa?,” jawabnya.
Lalu
aku dan dia berbicara di taman sekolah.
“Kak,
aku boleh minta satu permintaan kan,?,” aku bertanya lagi.
“Permintaan
apa itu?,” jawabnya.
“Aku
mau kakak buat Maya bahagia.”jawabku.
“Maksud
kamu apa?,” dia bertanya keheranan.
“Ya,
nge buat dia bahagia satu hari aja deh kak, mau ya?,” pintaku.
“Ya
udah deh kakak pertimabangin lagi nanti,” jawab kak Radit.
“Usahakan
secepatnya ya, kalau nggak besok ya lusa, oke kak.. !!”, kataku.
“Oke
deh, beres!!,” jawabnya.
“Aku tahu kamu jaga banget perasaan kamu hanya
demi sahabatmu,” batin kak Radit.
Dia
terlihat memikirkan sesuatu, tapi nggak penting lah , nggak perlu tahu juga.
Dia menawarkan mengantarkanku pulang , tapi aku menolak karena aku kan bawa
sepeda, lagian aku ingin jaga jarak dulu lah sama kak Radit.
Dan
keesokan harinya, kak Radit memenuhi permintaanku. Dia datang ke rumah Maya,
kak Radit mengajaknya jalan-jalan dan aku tak tahu apa saja yang mereka
lakukan. Mungkin itu akan menjadi hari terindah Maya.
“Eh
Angel , kamu ngomong apa aja ke kak Radit?,” tanya Nitha.
“Aku
cuma minta kak Radit buat nge bahagiain Maya,”jawabku.
“Oh,
kamu rela apa ?,” sahut Bella.
“Rela-rela
aja , kenapa enggak buat temen sendiri kok,? “ aku mengejek.
“Jadi
kak Radit rela nggak masuk sekolah cuma untuk menuhin permintaan kamu yang
nggak penting itu?.” Tanya Natasha.
“Mungkin
itu permintaan nggak ada artinya buat kalian , tapi bagi Maya itu sangat
indah,” jawabku.
“Terserah
kamu aja deh, ngikut.”, sahut Nitha.
Aku
datang ke rumah Maya bersama Nitha untuk menanyakan bagaimana keadaan Maya.
“Tante,
bagaimana keadaan Maya apakah ada peningkatan?,tanya Nitha.
“Hhmm…
masih belum ada Nit, tante juga bingung,”jawab tante Mala.
“Ya
udah , yang sabar aja ya tante,” kataku.
“Ya,
makasih.”kata tante.
Cuma
itu yang ingin aku tanyakan. Aku pun kembali pulang.
Keesokan
harinya, aku mendapat kabar yang tidak menggembirakan. Tante Mala menelfonku
kalau Maya di bawa di rumah sakit karena keadaannya yang semakin memburuk. Aku,
Nitha, Bella, dan Natasha izin tidak masuk sekolah. Kami menjenguk Maya yang
ada di rumah sakit.
Aku
lihat Maya terbaring lemah di kasur. Setelah aku disana cukup lama, Maya
terbangun dan mengatakan sesuatu untuk kami.
“Teman
, maafkan aku”, katanya dengan terbata-bata.
“Kami
sudah memaafkanmu kok , kamu harus kuat ya..”, kata Nitha.
Dan
hanya itulah yang bisa kami dengar darinya untuk yang terakhir kali , dan saat
pemakamannya Tante Mala memberiku surat yang ia tulis saat kami tidak bersama.
Teman
Butir-butiran air mata yang jatuh
setetes demi setetes
Menemani dan menjadi saksi saat ku
tulis suratku yang terakhir
Jika hanya derita yang harus aku terima
Jika hanya kematian yang harus ku alami
Aku bersedia menjalani tanpa kesedihan
Jangan menangis sahabat….walau tak terkatakan
Sungguh aku merasa kau telah
memaafkankan
Slamat tinggal sahabat sejatiku
Ikhlaskanlah kepergianku
Smoga sepeninggalku dari sisimu
Bahagia akan slalu menemanimu
I’ll always miss u sobat
Persahabatan terindah dan takkan
berakhir walau ia sudah tak ada. Sejuta kenangan yang pernah terukir di dalam
hati kecilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar